Photobucket
Photobucket
SEJARAH PERGERAKAN MUSIK SAMARINDA

PERGERAKAN SCENE LOKAL SAMARINDA

Secara umum dimulai pada era musik yang berorientasi pada festival festival band yang mengemplentasikan sebuah pemahaman arti sebenarnya dari kata yang dimaksud, menjadi pembodohan yang menitikberatkan kepada budaya atau pemikiran yang mengedepankan segala sesuatu atas nama komersialisasi dan pengklasifikasian. Kata pengklasifikasian sendiri mencerminkan kondisi musik pada awal dan akhir tahun 90an yang mengesampingkan keragaman musik disamarinda masih didominasi genre musik yang mengedepankan skill dan equipment yang wah, dan hal tersebut berlaku dipanggung panggung festival dan menolak band yang bergenre musik keras yang masuk kedalam golongan underground. Bahkan the best menjadi satu tolak ukur status sosial dan menjadi kesombongan band atau musisi untuk menghina dan merendahkan band atau musisi lainnya. Untuk musik underground khususnya Metal mulai muncul sekitar tahun 1996-1998 dengan basis komunitasnya di Kampus UNMUL dan Kampung Jawa. Musik Underground kurang mendapat tempat di masyarakat karena menganggapnya identik dengan kekerasan dan rawan tindak kriminal, ditambah lagi dengan diskriminasi studio2 rental yang menolak musik underground yang secara tegas menulis “No Underground” jadi pergerakan musik yang masuk dalam golongan underground pada masa itu kurang menggelegar, pada tahun 1999-2001 musik underground (metal, punk, & grunge) sempat mengalami masa kejayaan dengan banyak munculnya band2 dan event2 khusus Underground, namun yang paling susah adalah tidak adanya studio recording, jadi kalau mau buat demo harus keluar daerah yang memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Sedangkan sekarang ini betul betul mengejutkan pergerakan musik Underground sejak tahun 2006 sampai sekarang, band band underground generasi baru banyak bermunculan, walaupun ada beberapa band yang dulunya eksis di jalur komersil sekarang malah ikut arus jalur underground seiring matinya festival festival musik, semoga niatnya tulus memajukan musik di samarinda bukan malah mencari popularitas dan beberapa tahun kemudian berubah style lagi sesuai perkembangan musik alias bunglon shit a.k.a bermusik ala musim buah. Saat ini studio rental sudah tidak diskriminasi lagi, dan studio recording sudah banyak berdiri diSamarinda, jadi untuk membuat demo atau album tak perlu khawatir karena selain harga yang terjangkau juga kualitas recording cukup memuaskan jadi tidak usah keluar daerah lagi. Selain itu juga sekarang ini di Samarinda sudah mulai bermunculan rumah produksi guna pembuatan video klip maupun pembuatan program televisi yang digarap oleh para sutradara atau sineas sineas muda yang sarat akan talenta yang tentu saja mereka menghasilkan karya yang bukan sembarangan. Media televisi, radio dan majalah lokal sudah mulai melakukan perubahan dalam rangka ikut serta dalam elemen pergerakan scene lokal Samarinda dalam memajukan musik Samarinda pada khususnya dan Kalimantan Timur pada umumnya.

SEJARAH MUSIK SAMARINDA

Berbicara sejarah scene musik Samarinda, bagi generasi 90an di Samarinda tentu masih ingat dengan band yang dimotori oleh salah satu musisi senior Eri Kuswari yaitu Make Up, yang merupakan band Kalimantan Timur pertama yang berhasil melakukan rekaman secara nasional, dari band inilah nama Kalimantan Timur banyak dikenal orang di Indonesia, kemudian ada Yusi Ananda yang juga anak pengusaha salah satu hotel berbintang di

Samarinda juga berhasil rekaman secara nasional, juga seorang Eet Syahranie sosok gitaris yang sangat bertalenta asli Samarinda ini tidak perlu diperdebatkan lagi skill bergitarnya, dan yang terakhir adalah Nia Paramitha berhasil memasuki musik nasional pada tahun 90an lewat acara Bahana Suara Pelajar yang digagas oleh salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia. Youngky Suwarno melihat potensi pada penyanyi bertubuh mungil ini kemudian memproduserinya dalam album perdanannya, mereka inilah yang merupakan angkatan generasi pertama yang mengharumkan nama Kalimantan Timur atau kota Samarinda dikancah musik nasional.

Dari panggung festival pada tahun 1998-2004 ini memunculkan nama nama band yang menjadi langganan pemenang pada saat itu, adalah Archapada, X-Awat, Klataw Band, Destroyer, Panser Rock Band, Peace Tool Air (baca pistol air), Simphony X, Dewantara, dan masih banyak lainnya yang mengedepankan skill bermusik karena adanya best player untuk kategori gitaris, bassis, drummer, vokal, dan keyboard.

Sedang panggung musik bertemakan parade yang mewadahi band band kalangan underground pada tahun 1995-2005 yang lebih banyak berlokasikan dikampus kampus dikota Samarinda juga melahirkan band band idealis yang konsisten bermusik menurut hati nurani mereka dan diantara masih eksis hingga sekarang, Abbysal, Satanic Mantra, Devastations, Walakadji, Sarcasm, Balsem, Metronome Band, Aberdeen, Papachi, BH Smile (bermetemorfosis menjadi Chaka), Sakral, Tritura, Cranial Remmaint, dan masih banyak lagi. Bahkan band dari Balikpapan ikut meramaikan panggung underground, memunculkan Epitaph dan Rebel yang vokalisnya tewas dibunuh pada saat turun panggung di Balikpapan Center tahun 1997. Mereka adalah sebagian dari sejarah yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan scene musik lokal, karena presiden pertama RI Sukarno pernah berujar “bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai sejarahnya”. Memang jika kita telaah bahwa kita akan kehilangan arah dan tujuan dalam tujuan mencapai sesuatu apabila kita mencoba melupakan, menggeser, atau menghilangkan sejarah itu sendiri.

Pada era sekarang kita banyak melihat lahirnya band band berkualitas di scene lokal samarinda maupun kota di Balikpapan, kita tentu kenal Rifka & The Cracker, Televisi 14 inchi, Parcel, Pencil, Dear Lucy, The Pria, Austhia, Angel Cry, Hispaniola, Cherry Sunset Blossom, D’Cari, Kamar Mandi, Not For Sale, Conan DX, The Traitors (metamorfosis dari Tahu Tex Tex), Rock N’ Doll, Joykill, K-You, Edelwees, Mori, Coffee, dan masih banyak lainnya. Ada juga band yang terlahir dari sebuah komunitas, dimana kualitasnya tak perlu dipertanyakan lagi adalah Alone This Holiday, Vercetti, Kaos Kutang, No Fuckin’ Rules, dan lain lain.

Bisa dibilang bahwa Samarinda telah menjadi kota pelopor dalam suatu pergerakan atau revolusi dalam scene musik Kalimantan Timur, sudah bukan rahasia bahwa Samarinda mampu menghasilkan para musisi berbakat dan berkualitas, Novi Umar, Icha Jikustik, adalah dua diantaranya. Novi Umar adalah pencipta lagu yang karyanya telah dinyanyikan oleh penyanyi penyanyi papan atas Indonesia, ada Astrid dengan lagu “jadikan aku yang kedua” adalah lagu yang menjadikan nama Novi Umar dikenal sebagai pencipta lagu berbakat, kemudian ada Rini Idol yang membawakan tembang “Aku Bukan Boneka” dan masih banyak lainnya. Novi sendiri merupakan pemenang salah satu ajang perlombaan cipta lagu nasional yang digagas oleh salah satu televisi swasta nasional.

Dilihat secara keseluruhan scene musik Samarinda telah menjadi sebuah prototype masa depan musik dan seni budaya Kalimantan Timur, dimana dibutuhkan pembinaan lebih intensif dari segi fasilitas penunjang kegiatan bagi para generasi muda yang kreatif dalam hal positif, Pemerintah Kota dan Provinsi seharusnya berkoordinasi dalam melakukan pembiayaan yang secara nyata, agar dapat mengharumkan nama Kota Samarinda pada umumnya dan Provinsil Kalimantan Timur pada khususnya. by Pay Papachi

Minggu, 27 November 2011

DEVASTATION


Current Line Up :
Feby Mambox : Vocal
Eko : Guitar
Jimblunk : Bass
Icun : Drum

Bagi pecinta music Underground atau pecinta extreme music  yang ada di samarinda mungkin telah lama mengenal band metal dari kota samarinda yaitu Devastation , band yg mengusung genre music death metal dengan nuansa brutal yang lebih di kenal dengan Brutal Death Metal . Devastation merupakan salah satu band death metal terlama yang masih exist sampai sekarang. Terbentuk pada tahun 2000 di sebuah perkampungan yang tidak jauh dari aliran sungai Mahakam tepat di jantung kota samarinda, yang juga sering di sebut kampung jawa (Jln.bukit barisan) . Dan nama Devastation sendiri yang berarti dari kata kehancuran besar-besaran, sudah tentu terlihat aksi keberingasannya di setiap event music yg ada di samarinda dari awal berdirinya band ini, dan sangat2 liar menghentak mencoba menghancurkan setiap telinga yang mendengarkan alunan death metal dari music yang mereka mainkan dan di tambah keberingasan growl sang vocalis yang menambah Suasana semakin beringas dan mencekam.
Devastation di tahun 2000 terbentuk dengan peronil awal : Feby Mambox (vocal), Ujang (guitar), Eka (bass), dan Hans (drum) dan formasi ini berjalan hingga tahun 2003, Dan Pada Tahun 2003 Eka Dan Ujang Memutuskan untuk keluar dari Devastation, tidak berselang lama di tahun 2003 bergabunglah personil baru yaitu : Tavo (guitar), Eko (guitar) dan Sigit (Bass) hingga Devastation berpersonilkan menjadi 5 orang, dan formasi ini berjalan hingga 2004.  Kemudian pada tahun 2004 sigitpun menyatakan keluar dari devastation kemudian di gantikan jimblumk (bass) dan formasi ini berjalan hingga tahun 2005, kemudian Hans menyatakan keluar dari Devastation dan posisinya digantikan Faraz, dan kemudian terus  semakin beringas mengumandangkan aluan brutal detah metal di event2 underground yang ada di samarinda,tenggarong,bontang,Balikpapan hingga ke Banjarmasin (kal-sel). Kemudian pada tahun 2008 sempat vakum di karnakan ada kesibukan pekerjaan yang membuat devastation harus istirahat selama kurang lebih satu tahun, Hingga akhirnya Devastation kembali beraksi di tahun 2009 dan membuat gebrakan dengan single lagu perdama mereka “Mati Itu Solusi”, lagu ini langsung di terima di kalangan pencinta music underground di samarinda khususnya death metal lover, Formasipun semakin solid dengan Feby mambox (vocal), Tavo (guitar), Eko (guitar), Jimblunk (bass) Dan Faraz (drum), Aksi merekapun di selalu di nantikan di event extreme music di samarinda, kemudian mereka terus gencar mempersiapkan materi lagu2 selanjutnya, hingga akhirnya terciptalah singel2 lainnya seperti “lawan atau binasa, kehancuran dunia, penghianat negri, korban mutilasi, dan Janin suci”. Sedangkan single lagu “Janin Suci” menjadi single yg masuk dalam compilasi Agent of Brutality yang di rilis atas kerjasama antara Sulung Extreme Musick dan Bizarre Sound Production. Hingga pada pertengahan tahun 2011 faraz menyatakan keluar di karnakan memilih focus bergabung bersama Engorging, dan posisi Farazpun digantikan Icun yang tidak lain adalah Adik dari faraz. Dan formasi ini bertahan sampe 2011. Di pertengahan tahun 2011 Devastation harus dibingungkan dengan keluarnya Tavo, di karnakan Tavo harus berdomisili di daerah kutai barat dengan alasan pekerjaan. Kini Devastation mencoba mencari gitaris pengganti Tavo biar bisa melengkapi formasi Devastation. Devastation terinspirasi oleh band death metal seperti : Disgorge (us), Dying Fetus, Flesh grind, Jasad, Death Vomit, Pyaemia, dll…
Event2 yg pernah mereka ikuti : Parade music UKM unmul (2000), Mahakam Metal Fest (2001), hingga merambah ke event2 musik yg laen2nya termasuk Samarinda Death Fest, dan jg event2 yg di selenggarakan oleh kota2 seperti di Balikpapan, Bontang, Tenggarong hingga ke Banjarmasin pernah mereka ikuti, tetap selalu exsist dengan mengusung Brutal Death metal, Inilah Salah Satu Band yg terus mengibarkan Musik Death Metal di Samarinda, karna samarinda pada tahun 2003 sempat sepi dari nuansa musik2 death metal, banyak band2 death metal yg menghilang, R.i.p, atau vakum sementara, di antaranya yaitu Abyssal, Sarcasm (sekarang bernama Engorging), Cranial remnants (r.i.p) dan lain, dengan existensinya Devastation mampu bertahan dan terus exsis berkarya dan Selalu siap manggung bareng bersama band2 metal yg ada di samarinda.
Inilah Sepenggal Kisah perjalan pajang Devastation, semoga mereka mampu berkarya lebih baik lagi, dan semoga akan ada label yg berminat memanege Devastation, mereka berharap bias manggung bareng bersama band2 besar yg ada di tanah jawa. Amin…. Keep sick and brutal…..!



Silahkan di dengarkan and Download lagunya di sini Free :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar